[Review] Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982 by Cho Nam-Joo

[Review] Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982 by Cho Nam-Joo

Terjemahan    :   Kim Ji-Young, Born 1982

Pengarang     :   Cho Nam-Joo

Penerbit         :   Gramedia Pustaka Utama

Genre             :   Novel Fiksi (Korea Selatan)

Halaman        :   192 halaman

Sinopsis

Buku ini terbagi menjadi enam bagian dalam menceritakan fase-fase kehidupan Kim Ji-yeong.

Bagian Pertama : Musim Gugur 2015

Kim Ji-yeong adalah seorang wanita berumur 34 tahun. Ia sudah menikah tiga tahun dengan suaminya, Jeong Dae-hyeon dan melahirkan putrinya, Jeong Ji-won setahun sebelumnya. Mereka tinggal di apartemen mewah seluas 80 meter di pinggiran Seoul. Karena Dae-hyeon bekerja di perusahaan IT dan sering lembur hingga tengah malam bahkan di akhir pekan, mertua Ji-yeong tinggal di Busan dan orang tua Ji-yeong membuka restoran, maka Ji-yeong harus berhenti bekerja dari agensi humas tempatnya bekerja untuk mengurus putrinya.

Keanehan demi keanehan Ji-yeong mulai disadari oleh Dae-hyeon di awal musim gugur 2015. Seperti, suatu malam Ji-yeong berkata bahwa ia adalah Cha Seung-yeon, teman lama Dae-hyeon dan senior Ji-yeong di klub hiking universitas yang sudah meninggal. Ji-yeong membicarakan hal yang terjadi 20 tahun yang lalu yang hanya diketahui oleh Seung-yeon dan Dae-hyeon.

Terlebih kejadian saat Chuseok, ketika mereka mengunjungi orang tua Dae-hyeon di Busan. Ji-yeong dengan lugas mengutarakan bahwa tubuhnya lelah setiap hari raya. Ia bahkan menanyakan mengapa setiap hari raya harus lebih banyak menghabiskan waktu di tempat mertuanya, padahal seharusnya ia juga bisa pulang ke rumah orang tuanya untuk merayakan hari raya dengan keluarganya.

Hal tersebut membuat Dae-hyeon berpikir apakah istrinya masih sama dengan Kim Ji-yeong yang dulu berpacaran, menikah, dan memberikan putri untuknya. Dae-hyeon menemui psikiater untuk berkonsultasi tentang keadaan istrinya dan menyarankan Ji-yeong untuk berkonsultasi juga. Ji-yeong berterima kasih kepada suaminya dan berkata ia mungkin mengalami depresi pascamelahirkan.

Bagian Kedua : 1982-1994

Kim Ji-yeong lahir 1 April 1982 di Seoul. Ia anak kedua dari tiga bersaudara. Kakak perempuannya Kim Eun-yeong dua tahun lebih tua darinya dan adik laki-lakinya lima tahun lebih muda darinya. Ayah Ji-yeong adalah pegawai negeri, sedangkan ibunya adalah ibu rumah tangga. Mereka tinggal dengan nenek dari pihak ayah yang sangat menyayangi cucu laki-lakinya, hingga Ji-yeong dan kakak perempuannya seringkali tidak diperlakukan dengan adil.

Dikisahkan juga tentang ibu Ji-yeong yang bernama Oh Mi-sook. Ketika masih muda, ibu Ji-yeong dan kakak perempuannya harus bekerja di pabrik tekstil untuk membiayai ketiga paman Ji-yeong agar bisa memperoleh pendidikan dan masa depan yang baik. Saat Ji-yeong kecil, ibunya harus melakukan berbagai pekerjaan sampingan untuk membantu membiayai pengeluaran keluarga. Pengorbanan Oh Mi-sook yang lain, ia bahkan harus menggugurkan kandungannya ketika diketahui jenis kelamin anak ketiganya perempuan, sebelum akhirnya mendapat adik laki-laki Ji-yeong.

Kesulitan pertama dalam kehidupan sekolah Ji-yeong adalah ketika teman laki-laki sebangkunya sering mengganggunya, tetapi gurunya justru mengatakan itu karena temannya itu menyukainya. Hal itu membuat Ji-yeong sangat bingung. Kesulitan lain yang dialami Ji-yeong di sekolah misalnya ketika sekolah Ji-yeong menjadi sekolah percontohan yang menyediakan makan siang di sekolah dan siswa laki-laki mendapat giliran makan siang lebih dulu, baru kemudian siswa perempuan. Hal itu tidak adil karena bagi siswa yang makan terakhir akan dikejar waktu dan diminta makan lebih cepat oleh guru.

Ada juga masa bahagia yaitu ketika mereka berhasil pindah ke rumah yang lebih besar, ibu dengan kecerdasannya akhirnya berhasil membujuk ayah sehingga Ji-yeong dan kakak perempuannya memiliki kamar sendiri.

Bagian Ketiga : 1995-2000

Bagian ini menceritakan masa SMP dan SMA Kim Ji-yeong. Saat kelas dua SMP, Ji-yeong pertama kali mengalami menstruasi. Ia dan kakaknya sama-sama heran mengapa tidak ada penemuan untuk mengobati kram saat menstruasi yang tentunya akan sangat berguna bagi setengah populasi dunia yang mengalami menstruasi setiap bulan.

Saat SMA, Ji-yeong akan pulang dari tempat kursus di suatu malam. Ada seorang siswa laki-laki yang mengikutinya hingga ke halte, bahkan hingga naik ke bus. Ji-yeong yang panik, meminjam ponsel milik seorang wanita yang duduk di depan tempatnya berdiri selama di bus, untuk minta dijemput ayahnya di halte dekat rumahnya. Namun, ketika turun di halte dekat rumah, ayahnya belum tiba dan siswa laki-laki tadi juga ikut turun dan mendekati Ji-yeong. Siswa laki-laki itu mengaku ia adalah teman kursus Ji-yeong, tetapi Ji-yeong sama sekali tidak ingat dengannya. Ji-yeong menjadi semakin takut, tetapi untung saja wanita yang ponselnya Ji-yeong pinjam ikut turun dari bus. Siswa laki-laki itu pun mengumpat dan pergi. Wanita tersebut menenangkan Ji-yeong yang terisak, hingga ayahnya datang. Namun, setelah mendengar cerita Ji-yeong, ayahnya justru memarahi Ji-yeong karena ia memilih tempat kursus yang jauh, berbicara dengan orang asing dan memakai rok terlalu pendek.

Ketika kakak perempuan Ji-yeong akan lulus SMA, ibunya mengusulkan untuk kuliah di sekolah keguruan karena keadaan keuangan keluarga sedang tidak pasti. Awalnya Eun-yeong menolak karena ingin menjadi Program Director, tetapi pada akhirnya Eun-yeong menjajaki pilihan tersebut dan berhasil masuk di sekolah keguruan tersebut. Ibu awalnya sedih karena mengerti bagaimana rasanya 'terpaksa' melakukan sesuatu karena keluarga. Namun Ji-yeong meyakinkan ibunya bahwa kakaknya tidak akan mengambil pilihan tersebut jika memang tidak mau. Hal tersebut sedikit melegakan hati ibu.

Akhirnya ayah Ji-yeong mengundurkan diri dari perusahaan karena tekanan dunia yang mulai berubah. Dengan uang pesangon, ayah ingin memulai bisnis dagang dengan Cina bersama beberapa temannya, namun ibu dengan keras melarang ayah. Kemudian ibu dan ayah Ji-yeong membeli sebuah ruko dan memulai berbagai jenis usaha seperti franchise ayam semur, restoran ayam goreng, dan toko roti franchise.

Demikianlah, tiga dari enam bagian fase kehidupan Kim Ji-yeong. Apakah yang dialami Ji-yeong selepas masa sekolah? Bagaimana kehidupan dewasanya? Apakah dunia berubah menjadi 'lebih baik' untuk Ji-yeong seiring perubahan zaman? Kejadian-kejadian apa lagi yang menuntun Ji-yeong hingga akhirnya ia terkadang berubah menjadi 'orang lain' ?

========================================================

What I Think About : Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982 adalah buku yang menggambarkan stereotype perlakuan yang diterima dan dialami oleh wanita di Korea pada tahun 1980-an hingga sekarang. Bagaimana Ji-yeong yang sejak kecil sudah diperlakukan berbeda dan tidak adil karena ia seorang wanita. Baik itu di rumah oleh keluarganya yaitu nenek dan ayahnya, maupun di sekolah oleh guru, teman pria sebayanya bahkan oleh sistem pendidikan yang berlaku di Korea itu sendiri. Hal itu membentuk Ji-yeong menjadi pribadi yang lebih tertutup dan tidak mengutarakan perasaan tidak sukanya ketika diperlakukan tidak adil.

Jika membaca sisa bukunya hingga akhir, kita akan mendapatkan penggambaran kehidupan Ji-yeong dan teman-teman wanita sebayanya yang ternyata tidak banyak berubah meskipun zaman sudah semakin maju. Wanita tetap dinomor duakan dan dipandang sebelah mata. Seperti misalnya dikisahkan di dunia kerja, pihak perusahaan cenderung memilih karyawan pria dibanding karyawan wanita untuk dipromosikan tanpa mempertimbangkan kompetensi dan hasil kinerja. Hal itu terjadi karena anggapan bahwa durasi karyawan pria berkarir akan lebih lama dibanding karyawan wanita, yang 'kemungkinan besar' akan berhenti berkarir setelah berkeluarga, sehingga dianggap tidak ada gunanya memilih dan mempromosikan karyawan wanita meskipun kinerja mereka lebih baik dibanding karyawan pria.

Banyak hal lain yang dialami Ji-yeong dan wanita sebayanya di Korea yang diceritakan di buku ini, mulai dari harus melepaskan mimpi dan karir ketika memiliki anak, stereotype menjadi ibu rumah tangga adalah pekerjaan ringan dan banyak waktu luang nan santai, hingga kasus pelecehan seksual di tempat kerja, dan masih banyak lagi. Buku ini merupakan paparan yang mengingatkan kita bahwa masih banyak stereotype dunia kepada wanita yang memberi 'ruang' untuk wanita diperlakukan tidak setara dengan pria, dianggap remeh padahal sebenarnya tidak sedikit yang mereka korbankan, dan terkadang menjadi objek para pria tidak bermoral.

Oh Mi-Sook

Tokoh yang mengagumkan dalam kehidupan Ji-yeong adalah ibu Ji-yeong sendiri, Oh Mi-sook. Karena Oh Mi-sook paham kondisi yang akan dialami anak-anak perempuannya, di rumah ia tidak pernah membedakan perlakuannya kepada anak-anak perempuan dan anak lelakinya. Selain itu Oh Mi-sook dalam keterbatasannya sebagai wanita tanpa privilege, berhasil membiayai sekolahnya sendiri hingga tamat SMA di sela-sela keharusannya untuk bekerja membiayai kakak dan adik laki-lakinya hingga lulus kuliah.

Ketika menjadi ibu rumah tangga dalam keterbatasannya mengurus tiga anak, seorang suami, dan seorang ibu mertua, ia juga tetap berusaha membantu suaminya dalam masalah keuangan dengan mencari pekerjaan sampingan. Hingga akhirnya kejelian Oh Mi-sook dalam berinvestasi dan memilih bisnislah yang membuat perekonomian keluarga Ji-yeong membaik bahkan ketika ayah Ji-yeong sudah pensiun dari pekerjaannya sebagai pegawai negeri. Mereka berhasil pindah ke apartemen yang lebih luas, memiliki ruko untuk tempat usaha dan menjalankan bisnis yang menghasilkan.

Suatu saat, ayah pulang dari reuni dan dengan bangga menceritakan bahwa keadaannya yang paling baik di antara teman-temannya. Teman-temannya iri karena rumahnya yang paling besar, bisnisnya lancar, anak sulungnya guru, anak keduanya mahasiswa universitas di Seoul, bahkan ia punya seorang putra. Ibu tertawa dan dengan yakin berkata ayah harus berterima kasih kepada ibu dan anak-anak untuk keberuntungannya. Dan ayah dengan penuh hormat setuju dengan kata ibu.

Sungguh luar biasa sosok Oh Mi-sook ini!

Quotes

Ibu menyesali hidupnya sekarang, hidupnya setelah menjadi seorang ibu. Seolah-olah hidupnya tertahan sebongkah batu berat. Kim Ji-yeong sedih berpikir dirinya adalah batu itu. - Kim Ji-yeong (hlm 34)
Kim Ji-yeong ingin berkata bahwa ia sangat sehat, tidak butuh vitamin apa pun, dan ia ingin membahas rencana keluarganya dengan suaminya sendiri, bukan dengan kerabat-kerabat yang baru pertama kali ditemuinya. Namun, yang bisa dikatakannya hanya, "Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja." - Kim Ji-yeong (hlm 133)
Kau berkata kita sebaiknya tidak memikirkan apa yang hilang dari kita. Aku mungkin akan kehilangan masa muda, kesehatan, pekerjaan, rekan-rekan kerja, teman-teman, rencana hidup, dan masa depanku. Karena itu aku selalu memikirkan apa yang akan hilang dariku. Tetapi apa yang akan hilang darimu? - Kim Ji-yeong (hlm 136)
Leave a feedback

Jika ingin bertanya atau memberi tanggapan seputar tulisan ini, bisa menjangkau saya melalui kolom berikut.